Laman

Rabu, 10 Agustus 2011

Menggapai Bulan


sinar rembulan..
mengintip remang, tenggelam dalam
citraan kelam,
seulas ekspresi yang beku
dan sulit untuk dimaknai.
Rembulan , pelita malam
terhempas dalam elegi sepasang tupai malam
menanggung kasmaran.
riuh dan berderai suara-suara saling memburu
berkejaran dalam penyataan cinta atau hasrat untuk birahi.
Dalam temaram bulan setengah bentuk,
membujur meliuk bak sebuah sabit
terbujur pada mega-mega kelam dan langit hitam
sedikit bintang.
Aku ingin membunuh bayang-bayang
sehingga hadir dan menyatakan diri sendiri
di tengah bentang kesepian tanpa
menduakan sosok yang sudah terkoyak
pengkhianatan dan peniadaan pada yang tulus.
Ingin kubunuh bayangku
bersama kegamangan malam yang berserakkan,
tepian cahaya kurobek
kemudian kubuatkan coretan besar
menyerupai sebuah pintu
agar sosok ku terdiri satu
tanpa penduaan, berdiri tegak
tanpa bayang.
Sejenak, masih hening
malam beranjak merayap
dalam kilas cahaya rembulan suram
kulihat malam berkedip jerih
enggan memalingkan muka.
Mungkin karena malam ini
telah kubunuh bayang-bayang
sehingga dia tidak lagi bisa bertahta
dengan sosok nya yang gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar